Grafik Prevalensi Stunting Tahun 2020, 2021 dan 2022 Sumber : Data sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) 2020, 2021 dan 2022. |
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK. Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis Pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2021 Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan rembuk stunting dengan menetapkan lokasi Fokus (Lokus) untuk tahun 2022, 40 Desa/Kelurahan. Rembuk stunting tersebut dilakukan di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan lokus. Sehingga diketahui permasalahan dan pemecahan masalah masing-masing Desa/Kelurahan lokus di Kabupaten Indragiri Hilir. Berikut Grafik prevalensi stunting tahun 2020, 2021 dan 2022 Kabupaten Indragiri Hilir :
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir di tahun 2020 : 6,59%, 2021 : 3,15%. dan 2022 : 1,79%. Namun dari 20 Kecamatan, ada 2 Kecamatan Lokus yang terjadi peningkatan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Pelangiran dan Kecamatan Teluk Belengkong.
Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir. Namun belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam menangani kasus stunting di Kabupaten Indragiri HIlir.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :
a. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting
b. Penyuluhan, sosialisasi ASI Ekslusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Gemar Makan Ikan (GEMARIKAN)
c. Pendidikan gizi untuk ibu hamil
d. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri
e. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
f. Program penyehatan lingkungan
g. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi
h. Orang Tua Asuh Stunting
i. Inovasi duta stunting di setiap Kecamatan
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir menciptakan program inovasi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting yaitu “GERAKAN SATU HATI” (GSH) jilid I dan II dimulai dari gerakan seluruh TP. PKK Kabupaten sampai ke tingkat Desa/Kelurahan. Gerakan ini merupakan gerakan bersama dengan melibatkan seluruh ASN, Perbankan, Swasta, Perusahaan, LSM dan Organisasi untuk berdonasi. Alhamdulillah gerakan ini dapat menurunkan prevalensi stunting, balita gizi buruk dan gizi kurang di Kabupaten Indragiri Hilir.
A. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian di Kabupaten Indragiri Hilir
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta adalah :
a. Faktor lingkungan
Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih, belum memiliki jamban sehat. Selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah dari 470 keluarga balita stunting yang di survei 98 keluarga (20,8%) buang air besar sembarangan, 202 keluarga (43%) sanitasi tidak layak dan hanya 42 keluarga (8,94%) memiliki sumber air minum bersih.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya stunting, masih ada ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar, masih ada bayi/balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Oleh Karena itu akan dilakukan aksi stunting ABCDE :
1) Aktif minum Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dan Ibu Hamil serta di anjurkan juga untuk calon pengantin
2) Bumil teratus pemeriksaan kehamilan
3) Cukupi konsumsi protein hewani
4) Datang ke Posyandu setiap bulan
5) Ekslusif ASI 6 bulan
c. Kesehatan reproduksi
Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut Pemerintah pada pernikahan dini adalah melakukan MOU dengan Pengadilan Agama, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan memberikaan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD.
Berdasarakan hasil survei kepada keluarga balita stunting 470, pada saat kehamilan ibu mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). KEK pada ibu hamil berisiko mengakibatkan bayi yang dilahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berat badan kurang dari 2500 gram dan berisiko stunting.
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Masih rendahnya masyarakat ber PHBS
1) Persalinan masih ada ditolong dukun dan tidak di fasilitas kesehatan dan
2) Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak memberikan ASI Ekslusif.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada keluarga balita stunting hanya 122 (23%) yang diberikan ASI Ekslusif dan 348 bayi (74%) tidak diberikan ASI Ekslusif
3) Balita rutin ditimbang merupakan indikator PHBS di Rumah Tangga. Penimbangan dan pengukuran panjang/tinggi badan dapat dilakukan di Posyandu, namun kami dapatkan data survei balita yang melakukan kunjungan posyandu rutin setiap bulan hanya 57,2%
4) Tidak merokok merupakan salah satu indikator PHBS di rumah tangga, dari 470 keluarga balita stunting yang di survei 349 (74,3%) mendapatkan paparan asap rokok dikarenakan orangtua yang merokok.
B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah di Kabupaten Indragiri Hilir
Tim pencegahan dan penanggulangan stunting terintgrasi Kabupaten Indragiri Hilir bersama dengan Puskesmas telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi di Desa/Kelurahan. Dari hasil monitoring menunjukkan pelayanan ibu hamil, pola asuh balita, dan PHBS masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan berupa :
a. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK dan anemia, bayi dan balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting
b. Pemberian nutrisi tambahan melalui kegiatan inovasi GSH yaitu pemberian susu infantrini untuk bayi dan nutrinidrink untuk balita.
c. Orang Tua Asuh yang membantu ibu hamil KEK dan Balita stunting
Dengan adanya penanganan tersebut di atas menunjukkan terjadinya penurunan kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia.
C. Kelompok Sasaran Beresiko di Kabupaten Indragiri Hilir
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan usia bawah dua tahun (Baduta). Mempersiapkan remaja putri untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga pada saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat, berperilaku sehat dan bayi dalam kandungan lahir dengan selamat, sehat serta cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk dilakukan IMD, mendapatkan ASI ekslusif, pemberian makan pada bayi dan anak yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus balita stunting, melalui konvergensi pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi. Pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif dalam hal ini.
Comments0